" aku pulang..." seru Junsu sesampainya di dalam rumah, ia pun masuk ke dalam kamarnya.
" Haaah.... Hyung sepertinya blum pulang."
tak lama handphone junsu berdering.
" junsu-yah.. Kau sdh pulang?" tanya seseorang di seberang.
" Umm, ada apa hyung? tumben kau menelepon ku?" balas junsu.
" tidak, eh kau sudah makan belum? mau ku bawakan makanan tidak?" ucap Jaejoong.
" Wah, boleh boleh aku juga sudah lapar nih hehehe. " seru junsu semangat.
" hahaha baiklah baiklah tunggu aku oke." jawab jaejoong ceria.
Jaejoong pun menutup teleponnya, lalu kembali lagi ke dalam dunianya yg gelap.
15 menit kemudian, jaejoong sudah sampai di depan pintu rumahnya. Ia pun berhenti untuk mengambil nafas panjangnya, lalu bersiap menjalankan kehidupan yg berbanding terbalik dgn dunianya.
" aku pulang, Junsu-yah" ucap jaejoong penuh keceriaan,yg sayangnya hanyalah sebuah tameng untuk menutupi kegelapan hatinya.
" hyung kau sudah pulang, mana makanannya, aku sudah lapar nih." jawab junsu tak kalah girangnya.
" sini sini lihatlah keliatannya enak bukan?" sahut jaejoong sambil membuka dua bungkusan makanan yg ia bawa.
" Waaaa... Kau memang hyungku yg paling baik haha"
" kau ini, memangnya td kau tdk makan d kampus?" tanya jaejoong
" tidak hyung, kau kan tau aku sedang menabung, ingin menjadi seorang jaksa kan harus punya biaya yg besar, ia kan hyung haha."
" hmmm.." ucap jaejoong sambil tersenyum kecut.
Menjadi jaksa, itulah cita-cita junsu. Ia tdk bisa membiarkan lebih banyak lagi orang-orang seperti orang tuanya yg dibunuh secara keji oleh pembunuh. Ya, pembunuh sesuatu yg sangat junsu benci di dunia ini, namun ia tdk menyadari kalau orang yg ia paling benci adalah orang yg sangat ia sayangi.